oleh

Mengapa Pabrik Es di Dendang Beltim Tidak Beroperasi Sejak Didirikan

Belitung Timur, Korankpk.com – Pabrik es milik Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung Timur, yang berada di bawah naungan Dinas Perikanan, sejak berdirinya, hingga kini, belum pernah beroperasi secara optimal. Proyek yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan es kelompok nelayan di Kecamatan Dendang ini ternyata tidak mampu memenuhi tujuannya.

Seorang warga Desa Dendang berinisial TM, mengungkapkan kepada tim investigasi bahwa pabrik es yang dibangun untuk mendukung kebutuhan es nelayan tersebut tidak pernah memproduksi balok es sejak selesai dibangun.

Menurut TM, ada beberapa masalah yang perlu diperbaiki, salah satunya adalah kurangnya daya listrik yang sesuai dengan kapasitas mesin pendingin. Selain itu, sumber air dari sumur bor juga tidak memadai, dan hingga kini sumur tersebut tidak berfungsi sama sekali, dengan pompa air yang telah hilang gak ada lagi saat ini.

Pantauan tim investigasi menunjukkan bahwa bangunan pabrik es yang berdiri di atas lahan seluas 50 meter persegi dan dikelilingi pagar, kini terlihat terbengkalai. Tumpukan cetakan es balok yang berkarat dan mesin pembeku es yang tak pernah dioperasikan selama bertahun-tahun, menambah kesan bahwa bangunan ini menjadi proyek yang tidak bermanfaat.

Saat dikonfirmasi, Leo Ferdiansyah, Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Belitung Timur, menjelaskan bahwa pabrik es tersebut memang memerlukan perbaikan karena telah lama tidak dijalankan. Beberapa komponen, seperti alat yang ada di mesin pendingin dan cetakan es, rusak karena tidak digunakan dalam waktu yang lama.

Menurutnya, rencana perbaikan akan dianggarkan untuk tahun depan dan beberapa kelompok nelayan telah bersiap untuk mengelola pabrik tersebut ujarnya.

Sementara itu, Iqbal, Kepala Bidang PUDPP Dinas Perikanan Beltim, menyangkal bahwa pabrik es tersebut tidak berfungsi. Ia menegaskan bahwa pabrik itu masih berfungsi namun belum ada pihak yang bersedia mengoperasikannya.

Dia menjelaskan awalnya, pabrik es ini dibangun berdasarkan permintaan masyarakat setempat karena sulitnya mendapatkan es untuk melaut. Namun, kelompok nelayan yang awalnya bersedia mengelola pabrik tersebut akhirnya mundur dengan alasan karena biaya operasional yang besar.

Menurut pengakuan HR, seorang sumber yang sempat menguji coba operasional pabrik es ini dari awalnya pertama kali beberapa tahun lalu, mengaku kecewa dengan kondisi pabrik. Menurutnya, proses pembekuan es sering terkendala karena kerusakan mesin, kebocoran bak penampung garam, daya listrik yang lemah, dan sumber air yang tidak memadai.

Mengingat temuan dan pengakuan dari berbagai pihak, tim investigasi, mendesak instansi terkait untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait pengadaan barang dan spesifikasi teknis pabrik es tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar proyek yang diduga tidak sesuai standar ini tidak merugikan anggaran dan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan es bagi nelayan setempat.
(Yh/tim& Korankpk)**