korankpk.com
(Opini)
Oleh: Rikky Fermana, S.IP.C.Me.,C.IJ.,C.PW
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) selama ini telah dikenal sebagai salah satu penghasil timah terbesar di dunia. Komoditas ini telah lama menjadi tulang punggung dan pendorong utama pertumbuhan ekonomi di daerah ini. Namun, perlahan tapi pasti, tantangan ekonomi pun muncul akibat fluktuasi harga timah di pasar global. Dalam beberapa tahun terakhir, harga timah dari London Metal Exchange (LME) menunjukkan tren penurunan signifikan, dengan angka mencapai 17.2 persen pada tahun 2023 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Harga rata-rata timah dunia pada tahun 2022 sebesar US$31.382, namun angka ini merosot menjadi US$25.972 pada tahun 2023. Tren ini menciptakan tekanan besar pada perekonomian Bangka Belitung yang sangat bergantung pada ekspor timah.
Pertanyaan kritis pun muncul: Apakah ekonomi Babel mampu bertahan dan tumbuh dalam ketergantungan yang begitu besar pada komoditas timah?
Menyikapi tren penurunan harga timah, Devi Valeriani, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung (UBB), memberikan pandangan yang tajam. Ia melihat bahwa timah telah menjadi dominator terbesar dalam menentukan fluktuasi pertumbuhan ekonomi di Babel.
Sejarah ekonomi daerah ini menunjukkan bahwa sentimen negatif terhadap harga timah dapat menciptakan gelombang penurunan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Devi menyoroti fakta bahwa sekitar 80 persen pertumbuhan ekonomi Babel masih didorong oleh konsumsi, khususnya dari masyarakat yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam aktivitas penambangan timah.
Oleh karena itu, penurunan harga timah tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi tersebut tetapi juga merembet ke masyarakat secara luas.
Pada triwulan III tahun 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Babel sebesar 4.01 persen (YoY), menunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,13 persen (YoY). Penurunan ini membuka jendela pandang akan rentannya ekonomi Babel terhadap fluktuasi harga timah.
Dalam konteks ini, penting bagi Babel untuk mengambil langkah-langkah konkret guna mengurangi ketergantungan pada komoditas timah dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Alternatif diversifikasi ekonomi menjadi semakin penting untuk menjaga stabilitas ekonomi daerah.
Dampak Fluktuasi Harga Timah pada Perekonomian Babel
Penurunan harga timah memiliki efek berantai pada ekonomi Babel. Devi Valeriani mengemukakan bahwa penurunan harga timah secara langsung akan memberikan dampak pada arus pendapatan masyarakat.
Sebagian besar masyarakat Babel, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penambangan timah, akan merasakan penurunan pendapatan yang berujung pada penurunan kemampuan konsumsi dan daya beli masyarakat.
Berdasarkan data BPS, sektor-sektor seperti perdagangan besar dan eceran, pariwisata, industri pengolahan, konstruksi, pertanian, dan perikanan rentan terhadap dampak fluktuasi harga timah. Sebagai ekspor utama Babel, penurunan ekspor timah juga berpotensi memberikan dampak perlambatan pada pertumbuhan ekonomi daerah.
Dari sisi permintaan, perekonomian Babel didorong oleh seluruh komponen pengeluaran yang tumbuh positif, kecuali komponen ekspor dan impor. Terlihat bahwa ketika ekspor timah mengalami penurunan, ini juga menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menciptakan tantangan besar yang harus diatasi agar ekonomi Babel tidak lagi terpaku pada fluktuasi harga komoditas tambang.
Diversifikasi Sebagai Solusi: Fokus Pada Sektor Pariwisata dan Potensi Blue Economy
Menghadapi kompleksitas ekonomi yang dihadapi oleh Babel, Devi Valeriani menegaskan bahwa diversifikasi ekonomi menjadi kunci untuk mengurangi ketergantungan pada komoditas timah. Salah satu pilihan yang menjanjikan adalah sektor pariwisata.
Dengan status Babel sebagai wilayah kepulauan yang kaya akan keindahan alam, potensi pariwisata di daerah ini sangat besar. Pantai-pantai eksotis, keanekaragaman hayati laut yang menakjubkan, dan keindahan alam yang masih alami menjadikan Babel sebagai destinasi yang menarik untuk dikunjungi.
Pemerintah daerah harus proaktif dalam menggiring seluruh instansi terkait ke arah pengembangan pariwisata. Diperlukan investasi besar dalam infrastruktur pariwisata, promosi destinasi, dan penciptaan berbagai kegiatan wisata. Blue Economy, yang memanfaatkan sumber daya laut secara berkelanjutan, dapat menjadi solusi inovatif untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata.
Namun, transformasi dari ekonomi berbasis komoditas tambang menjadi ekonomi berbasis pariwisata tidaklah mudah. Diperlukan perubahan paradigma di berbagai tingkatan, termasuk kebijakan pemerintah, peran aktif sektor swasta, dan partisipasi masyarakat lokal. Perencanaan strategis yang matang dan investasi jangka panjang menjadi kunci kesuksesan dalam mengembangkan sektor pariwisata sebagai alternatif utama pendorong pertumbuhan ekonomi.
Tantangan dan Peluang Diversifikasi: Mengatasi Hambatan Menuju Ekonomi Berkelanjutan
Meskipun diversifikasi ekonomi menjadi solusi yang menjanjikan, tantangan besar terletak pada perubahan paradigma dan transformasi ekonomi yang membutuhkan waktu. Diperlukan upaya yang koordinatif dan holistik dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mewujudkan diversifikasi ekonomi yang berhasil.
Dalam proses diversifikasi, sektor industri lain juga perlu mendapatkan perhatian. Sektor pertanian dan perikanan, yang telah mencatat pertumbuhan positif, serta sektor konstruksi dan industri pengolahan, memiliki potensi untuk menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Perubahan tidak hanya perlu terjadi dalam hal ekonomi, tetapi juga pada tingkat keterampilan dan pelatihan tenaga kerja. Program pelatihan dan peningkatan keterampilan bagi pekerja yang sebelumnya terlibat dalam sektor timah dapat membantu mereka beralih ke sektor-sektor alternatif. Ini juga memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk memasuki sektor-sektor baru yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang beragam.
Dalam mendukung diversifikasi ekonomi, kebijakan yang mendukung dan insentif untuk mendorong investasi di sektor-sektor baru sangat penting. Pemerintah daerah perlu menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif, memudahkan perizinan, dan memberikan insentif pajak untuk menarik investasi di sektor-sektor yang dianggap strategis untuk diversifikasi ekonomi.
Keberhasilan diversifikasi ekonomi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga melibatkan peran aktif sektor swasta sebagai pendorong utama investasi. Kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang sehat dan beragam.
Kesimpulan: Menyongsong Ekonomi Bangka Belitung yang Berkelanjutan
Dalam mengatasi tantangan harga timah yang merosot, Babel harus melibatkan seluruh potensinya untuk merancang masa depan ekonomi yang berkelanjutan dan tidak lagi terpaku pada fluktuasi harga komoditas tambang. Diversifikasi ekonomi menjadi jawaban strategis untuk menciptakan stabilitas ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menciptakan lapangan kerja yang beragam.
Sektor pariwisata menjadi fokus utama dalam upaya diversifikasi ini, dengan potensi Blue Economy sebagai pendorong inovatif. Transformasi ini memerlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Dengan menghadapi tantangan ini secara bersama-sama, Babel dapat menciptakan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan beragam. Suksesnya langkah-langkah ini akan membawa Bangka Belitung menuju masa depan yang lebih cerah dan stabil. (Publisher: Yohanes C.IJ, CA-HNR PJS Beltim Koordinator bidang Hukum dan Advokasi Wartawan)
Penulis: Ketua DPD Pro Jurnalis Media/PJS Babel & Ketua DPW Ikatan Media Online (IMO) Indonesia Provinsi Kepulauan Babel