Belitung timur 04/ 06/ 22.koran penelusuran kasus. Com
Prihatin hutan mangrove atau pun bakau yang biasa menjadi tempat petani kecil mencari udang dan ketam (kepiting), sekarang ini jadi bahan pembicaraan bagi para penyoloh, atau pencari ketam.
Awak media dan beberapa ORMAS melakukan pungsi kontrol social, menanggapi keluhan dari pihak masyarakat, dan meninjau adanya pengelolaan tambak udang yang diduga telah merusak mangrove. Khususnya di desa dendang, penyoloh mulai resah akibat adanya aktivitas tambak udang di tepi bakau. Yang jaraknya Paling berkisar lebih kurang dua puluh meter dari bibir pantai, bakau itu ludes di babat.
Dan air laut pun keruh akibat aktivitas tsb, di karenakan air yang berlumpur akibat pembuatan tambak udang di buang ke laut. Hal tersebut salah besar, apa lagi sampai mencemari air laut menjadi keruh.
Awak media mencoba konfirmasi kepada pihak pengawasan tambak udang melalui telpon seluler, di karenakan beliau tidak bisa di temui., beliau mengatakan benar ada nya limbah lumpur di buang kelaut, semua sudah kita urus dari kementerian propinsi, dan datanya lengkap. ungkap beliau selaku pengawas tambak.
Awak media kembali meng konfirmasi kepala desa, tetapi beliau tidak ada di tempat, kembali awak media mencoba konfirmasi via telpon seluler, beberapa kali tidak di angkat juga.
Ketua ormas Laki DPC Beltim menghimbau, agar Tambak udang tersebut jangan sampai menimbulkan keresahan di masyarakat karena permasalahan limbah yang di kelola oleh tambak itu sendiri. saya Suryadi Wahid menegaskan kepada pihak terkait untuk segera di tindak lanjut jika memang ada dugaan pelanggaran. YOHANES/TMR